Lebak, Balaiwartawan.com— Akademisi Agil Zulfikar memperingatkan bahwa hoaks sejarah menjadi ancaman serius bagi persatuan bangsa, terutama bagi generasi muda yang mengonsumsi informasi cepat melalui media sosial.
Dalam seminar bertema “Literasi Sejarah Indonesia”, Agil menegaskan bahwa banyak pelajar hanya mengenal sejarah dari konten digital yang keakuratannya tidak terjamin. Survei lokal kampus di Serang dan Cilegon bahkan menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen mahasiswa tidak mengetahui tokoh sejarah Banten selain Sultan Ageng Tirtayasa.
“Sejarah sering disalahgunakan untuk memicu polarisasi melalui narasi provokatif yang viral. Literasi sejarah adalah benteng melawan distorsi tersebut,” ujarnya.
Agil menyoroti Banten sebagai wilayah dengan warisan sejarah perdagangan internasional yang besar. Namun rendahnya minat membaca—rata-rata masyarakat Indonesia hanya membaca tiga hingga empat buku per tahun—membuat pemahaman sejarah menjadi dangkal.
Menurutnya, cara penyampaian sejarah harus diubah menjadi lebih kontekstual dan menarik melalui podcast, animasi sejarah, timeline digital, game edukasi, dan metode interaktif lainnya.
Agil juga menekankan perlunya riset sejarah yang lebih kuat karena banyak situs arkeologi Banten yang belum terdokumentasi optimal dan beberapa mulai mengalami kerusakan, termasuk Keraton Kaibon.
“Tanpa literasi sejarah, generasi muda mudah terombang-ambing isu identitas dan provokasi politik. Sejarah bukan hanya catatan masa lalu, tetapi kompas moral masa depan,” tegasnya.
Agil mengajak pemerintah daerah, akademisi, komunitas budaya, dan generasi muda untuk memperkuat kolaborasi dalam dokumentasi sejarah dan revitalisasi situs budaya.(BW)







