Polewali Mandar, Balaiwartawan.com— Upaya digitalisasi sejarah lokal Mandar menjadi salah satu isu penting dalam kegiatan Literasi Sejarah Indonesia yang digelar Kementerian Kebudayaan RI di Polewali Mandar, Kamis (20/11/2025). Dalam kegiatan itu, para narasumber menegaskan pentingnya percepatan digitalisasi arsip sejarah agar tidak hilang ditelan zaman.
Tokoh masyarakat Mandar, Ilham Sopu, mengungkapkan bahwa saat ini baru 25–30% arsip sejarah Mandar yang terdigitalisasi. Banyak manuskrip, foto lama, dan dokumen sejarah tersimpan di rumah-rumah keluarga, tokoh adat, maupun gudang arsip yang tidak memiliki perlindungan baik.
“Jika kita tidak bergerak sekarang, maka manuskrip Mandar yang berusia ratusan tahun bisa rusak dan hilang untuk selamanya. Digitalisasi adalah satu-satunya cara menyelamatkan jejak identitas Mandar,” ujar Ilham.
Dalam kesempatan itu, Ratih Megasari Singkarru menegaskan bahwa digitalisasi arsip merupakan strategi penting untuk menyelamatkan sejarah bangsa. Ia menyoroti meningkatnya produksi konten sejarah palsu di media sosial yang kerap memanfaatkan celah kurangnya dokumentasi resmi.
“Ketika arsip digital minim, masyarakat cenderung percaya narasi liar di internet. Kita harus melindungi sejarah Mandar dari distorsi,” kata Ratih.
Kepala Subbag TU Direktorat Sejarah Permuseuman, Tirmizi S.S, menjelaskan bahwa digitalisasi tidak hanya berfungsi untuk pelestarian, tetapi juga memperluas akses publik. Dengan lebih dari 70% rumah tangga di Polewali Mandar sudah memiliki akses internet, potensi pemanfaatan arsip digital semakin besar.
Beberapa langkah strategis yang direkomendasikan narasumber:
Membuat pusat arsip sejarah digital Mandar yang dikelola pemerintah daerah.
Melibatkan mahasiswa dan komunitas literasi dalam memindai manuskrip dan foto lama.
Membangun portal sejarah Mandar berisi dokumen, foto, rekaman wawancara tetua adat, serta katalog peninggalan kerajaan Mandar.
Mengintegrasikan digitalisasi sejarah ke dalam program desa budaya.
Selain itu, para narasumber menekankan pentingnya membangun museum daring Mandar yang dapat diakses pelajar dan masyarakat umum.
“Digitalisasi membuka kesempatan bagi dunia untuk melihat bahwa Mandar adalah pusat maritim Nusantara, bukan daerah pinggiran sejarah,” tambah Tirmizi.
Kegiatan Literasi Sejarah Indonesia ini menjadi momentum bagi pemerintah daerah, komunitas literasi, dan masyarakat untuk bersama-sama mempercepat digitalisasi arsip sejarah sebagai wujud pelestarian identitas Mandar.(BW)







