Sekretaris PMI Payakumbuh Serukan Evaluasi dan PAW Pengurus Tidak Aktif

Payakumbuh, Balaiwartawan.com — Sekretaris Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Payakumbuh, Robby Muchsis, SH, menyerukan evaluasi terhadap sejumlah pengurus yang dinilai tidak aktif dalam menjalankan tugas sebagai relawan kemanusiaan. Ia menegaskan pentingnya ketegasan organisasi untuk menjaga semangat pengabdian di tubuh PMI sesuai amanah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan.

Pernyataan tersebut disampaikan Robby seusai rapat bulanan di Markas PMI Kota Payakumbuh, Jalan Ade Irma Suryani No. 18, Labuah Baru, Sabtu (26/04/2025).

“Memasuki tahun kedua masa bakti 2023–2028, masih banyak pengurus yang tidak aktif, bahkan untuk sekadar hadir dalam rapat bulanan atau agenda penting PMI. Ada pula yang sama sekali tidak pernah hadir tanpa pemberitahuan,” ungkap Robby.

Sebagai Sekretaris, Robby mengaku wajar mempertanyakan kontribusi para pengurus yang absen. Ia mengingatkan, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) organisasi, pengurus yang tiga kali berturut-turut absen tanpa keterangan sah dapat diberhentikan melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW). Namun, hingga kini belum ada tindakan tegas seperti teguran atau sanksi administratif.

Robby juga membantah tudingan yang menyebut dirinya terlalu keras terhadap staf markas dan dianggap berupaya memecat pengurus yang tidak aktif.

“Tuduhan itu tidak berdasar. Justru semangat pengabdian yang seharusnya diperkuat malah dilemahkan seperti ini. PMI ini bergerak dengan dana hibah, selaku pengurus yang juga berprofesi sebagai jurnalis tentu penggunaan anggaran ini wajib di kawal terus,” tegasnya.

Dikenal berdedikasi tinggi, Robby bahkan sering menggunakan dana pribadi untuk mendukung operasional markas PMI. Sebelumnya, ia rutin menyediakan bahan pangan seperti beras, telur, dan mi instan untuk makan bersama relawan.

“PMI bagi saya adalah ladang amal. Keikhlasan harus menjadi fondasi utama dalam pengabdian di bidang kemanusiaan,” ujarnya.

Dalam rapat terakhir, Robby mengusulkan pembentukan kas internal dari sumbangan pengurus sebesar minimal Rp50 ribu per bulan. Dana tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan insidental yang tidak tercakup dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD), termasuk perbaikan dan perawatan gedung markas yang telah berusia sekitar 40 tahunan. Namun, usulan tersebut tidak mendapat tanggapan serius.

Selain fokus pada administrasi, Robby juga kerap terlibat langsung dalam upaya menjaga kebersihan dan perbaikan markas. Baru-baru ini ia melakukan restorasi bangunan, pengecatan, penataan ruang, bahkan tak sungkan mencuci gedung dan menyapu halaman demi menjaga citra PMI sebagai representasi kebersihan dan kesehatan.

“Markas ini harus menjadi contoh. Kebersihan adalah bagian dari budaya kemanusiaan,” katanya.

Meski telah banyak berkontribusi, Robby mengaku belum pernah mendapatkan apresiasi dari internal PMI. Ia justru menyayangkan adanya pihak-pihak yang malah bersikap negatif terhadap dirinya, termasuk dugaan ketidakberpihakan Ketua PMI Kota Payakumbuh dalam situasi ini.

“Menjadi relawan kemanusiaan adalah panggilan jiwa saya. Meski minim apresiasi, namun pengabdian lebih penting daripada merespon isu-isu tidak konstruktif,” ujarnya.

Mengakhiri pernyataannya, Robby yang juga seorang jurnalis itu menyerukan kepada seluruh pengurus untuk melakukan introspeksi. Ia mengimbau agar mereka yang tidak mampu berkomitmen sesuai sumpah pelantikan bersedia mengundurkan diri secara ksatria.

“Ini bukan soal komposisi, ini soal kontribusi. Jika tidak punya waktu untuk kemanusiaan, lebih baik mengundurkan diri. Karena amanah ini akan kita pertanggungjawabkan di dunia dan akhirat,” tegasnya.

Seruan Robby mendapatkan dukungan dari sejumlah pengurus lainnya yang menginginkan adanya revitalisasi organisasi demi menjaga marwah PMI Kota Payakumbuh sebagai organisasi kemanusiaan yang profesional, bersih, dan berdedikasi. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *